Sabtu, 18 September 2021

 

3.1.a.9 KONEKSI ANTAR MATERI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 


OLEH :

YUNI ESTI INDRIKAWATI, S.Sos., M.Si

CGP ANGKATAN 2

KAB. BENGKALIS PROP. RIAU

 

           

            Profesi guru di sebuah institusi pendidikan adalah sebuah profesi yang memiliki tantangan cukup besar karena menyangkut masa depan anak bangsa.  Beragam profesi baru muncul dari tangan dingin seorang guru di sebuah institusi pendidikan.  Dan institusi pendidikan sendiri adalah sebuah “rumah besar” bagi terasah dan terbentuknya beragam karakter, minat dan bakat dari anak didiknya melalui tangan-tangan dingin para guru yang secara tulus ikhlas menjalankan profesinya.

            Dalam menjalankan profesinya, seorang guru pasti akan senantiasa berhadapan dengan beragam permasalahan pembelajaran baik yang muncul dari proses interaksi yang terjadi dengan siswa maupun dengan warga sekolah yang lain.  Permasalahan-permasalahan yang muncul ini menjadikan seorang guru harus mampu mengelola serta mengambil keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran sesuai dengan budaya positif yang dikembangkan di sekolah.

 

Ø PENGARUH FILOSOFI PATRAP TRILOKA KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Guru adalah “Penuntun” segala kekuatan kodrat alam dan kodrat zaman pada anak didik agar tercapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya merupakan pandangan dari Ki Hajar Dewantara dalam melihat sosok seorang pendidik.  Guru sebagai seorang “Penuntun” ini dapat kita analogikan bahwa guru adalah seorang PEMIMPIN PEMBELAJARAN yang diharapkan mampu untuk mengelola pembelajaran yang berpihak pada anak dan menjadikan anak didik sebagai SUBJEK pembelajaran yang akan berkembang sesuai keunikan, karakter, bakat dan minat yang dimilikinya masing-masing.

Hal ini sesuai dengan filosofi patrap triloka Ki Hajar Dewantara “ING NGARSO SUNG TULODHO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI”.  Dalam filosofi tersebut Ki Hajar Dewantara mengharapkan bahwa sebagai seorang guru hendaklah dia mampu untuk senantiasa memberikan contoh positif bagi muridnya, mampu untuk memberikan semangat bagi murid untuk berkembang dan menggali potensi dirinya serta akan selalu mendorong murid untuk tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter sesuai bakat, minat dan potensi yang dimilikinya.

Berdasar patrap triloka inilah, terjadi pergeseran paradigma pembelajaran dari guru sebagai pusat pembelajaran berubah menjadi murid sebagai pusat dari pembelajaran itu sendiri.  Guru berperan lebih sebagai fasilitator dan mitra belajar bagi murid agar mampu tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang merdeka belajar dalam mengasah kemampuan yang dimilikinya.

Patrap triloka memberikan pengaruh besar bagi kita sebagai pendidik untuk mampu memposisikan diri sebagai guru baik saat berada di depan, di tengah ataupun dibelakang untuk kemajuan peserta didik dan menciptakan iklim pembelajaran yang berpihak pada anak dimana nantinya kemampuan yang mereka miliki akan berkembang secara maksimal tanpa adanya paksaan..

Filosofi ini juga mendorong guru untuk tidak lagi merasa sebagai satu-satunya sumber ilmu bagi murid melainkan menyadari bahwa potensi yang ada pada anak didik haruslah difasilitasi untuk berkembang sehingga beragam sumber belajar akan mereka cari dengan guru sebagai penuntun mereka.

Ketika guru mampu memfasilitasi kebutuhan belajar siswa pada dasarnya guru telah dapat melaksanakan fungsinya untuk mengambil keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran dengan memerdekakan murid melalui pembelajaran yang berpihak pada murid. 

 

Ø PENGARUH NILAI-NILAI YANG TERTANAM DALAM DIRI TERHADAP PENGAMBILAN SUATU KEPUTUSAN

Mandiri, kreatif, inovatif, kolaboratif, reflektif dan berpihak pada murid adalah nilai pokok yang harus dimiliki oleh seorang guru agar mampu berperan dalam menciptakan pembelajaran yang kondusif, nyaman, komunikatif dan terutama mampu mengakomodir semua kebutuhan belajar siswa.

Nilai-nilai inilah yang pada akhirnya menuntun dan mendorong kita sebagai seorang guru dalam menentukan prinsip pengambilan keputusan yang tepat khususnya ketika dihadapkan pada suatu kondisi dimana kita dituntut untuk memilih satu dari dua pilihan yang pada dasarnya secara logika keduanya benar (dilema etika) ataupun pada kondisi dimana kita dihadapkan pilihan yang membenturkan 2 keadaan yang berbeda yaitu benar dan salah (bujukan moral) yang menuntut kita untuk berfikir secara seksama dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang telah tertanam kuat dalam diri kita sesuai dengan peran kita sebagai guru.

Sebagai pemimpin pembelajaran, pengambilan keputusan harus mampu mempertimbangkan 3 prinsip berikut :

a.       Prinsip berbasis hasil akhir (ends based thinking)

b.       Prinsip berbasis peraturan (rule based thinking)

c.       Prinsip berbasis rasa peduli (care based thinking)

Apapun prinsip yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan nantinya, haruslah sejalan dengan nilai dan peran guru penggerak.

Pengambilan keputusan sesuai dengan nilai-nilai yang tertanam kuat serta sejalan dengan peran kita sebagai guru pada dasarnya juga merupakan bentuk implementasi dari proses pengelolaan social emosional yang matang dalam diri guru.  Kesadaran diri (self awareness), kemampuan pengelolaan diri (self management), adanya kesadaran social (social awareness) serta ketrampilan berhubungan social (relationship skill) menjadi langkah tepat dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yang dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfullness) untuk meminimalisir kesalahan serta memperkecil konsekuensi yang akan muncul.

 

Ø  COACHING DAN PENGUJIAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, coaching menjadi salah satu proses untuk “menuntun” kemerdekaan belajar sehingga mampu melejitkan potensi dirinya.  Melalui proses coaching yang dilakukan, guru akan dapat membuat keputusan yang tepat dan efektif untuk menggali seta mengeksplorasi potensi murid. 

Pertanyaan-pertanyaan reflektif akan muncul dalam proses coaching akan mampu menstimulus kerja otak siswa secara maksimal sehingga secara metakognisi, siswa dapat melakukan proses pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab sesuai eksplorasi potensi diri yang dimilikinya.

Proses menjadikan guru sebagi coach berusaha menuntun siswa untuk mampu menemukan solusi dari permasalahan yang terjadi pada dirinya baik yang terkait dengan dilema etika maupun bujukan moral secara bertanggung jawab melalui konsep TIRTA.

 

Ø  PEMBAHASAN STUDI KASUS YANG FOKUS PADA MASALAH MORAL ATAU ETIKA TERHADAP NILAI-NILAI YANG DIANUT SEORANG PENDIDIK

Berbicara mengenai masalah moral, etika maka tidak akan terlepas dari 2 konsep dasar permasalahan yang akan selalu dihadapi khususnya dalam pembelajaran yaitu DILEMA ETIKA dan BUJUKAN MORAL.

Dilema etika adalah sebuah kondisi yang menuntut kita untuk mampu memilih salah satu dari 2 pilihan yang ada dimana keduanya adalah hal yang sama-sama benar baik secara logika maupun etika dan moral.  Sementara bujukan moral adalah kondisi benar dan salah yang dihadapi seseorang dimana dia dituntut untuk mempertimbangkan dan memilih dari kedua hal tersebut mana yang akan di ikutinya.

Dalam proses pembelajaran dimana guru adalah seorang pemimpin pembelajaran, keberpihakan dengan mengutamakan kepentingan siswa harus dilakukan dengan membuat solusi dan keputusan yang tepat terhadap setiap permasalahan yang terjadi.  Kemampuan guru dalam melihat permasalahan tersebut sebagai suatu dilema etika ataupun bujukan moral akan sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Selain itu, sesuai peran guru maka dalam setiap proses pengambilan keputusan yang diambil juga mempertimbangkan nilai-nilai positif yang melekat pada diri guru untuk selanjutnya dipertimbangkan melalui sudut pandang  paradigma serta prinsip pengambilan keputusan yang selanjutnya di uji melalui 9 tahap pengujian permasalahan sebelum pada akhirnya keputusan ditetapkan.

Dengan demikian hal ini menunjukkan bahwa kemampuan melihat permasalahan dengan berpegang pada nilai-nilai positif yang melekat pada peran guru akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika dengan tepat dan benar serta memiliki konsekuensi yang bisa diminimalisir sehingga siswa merasa nyaman dan tetap yakin untuk mengembangkan potensi dirinya.

 

Ø  DAMPAK KEPUTUSAN YANG TEPAT TERHADAP TERCIPTANYA LINGKUNGAN POSITIF, KONDUSIF, AMAN DAN NYAMAN

Lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan nyaman adalah harapan semua komunitas sekolah.  Karena melalui lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, siswa akan mampu berkembang secara baik sebagai pribadi yang berkarakter dengan potensi diri mumpuni. 
Untuk menciptakan lingkungan yang sesuai harapan komunitas sekolah ini diperlukan kerjasama semua pihak termasuk didalamnya terkait dengan setiap kebijakan ataupun keputusan yang diambil guru dalam mensikapi dan menghadapi permasalahan pembelajaran yang muncul.

Setiap keputusan yang diambil guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran tentunya akan memberikan efek atau dampak bagi siswa baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses pengembangan diri siswa itu sendiri.  Untuk itu seorang guru dalam menyelesaikan permasalahan yang ada harus mempertimbangkan banyak hal dan yang utama adalah melakukan langkah pengujian terlebih dahulu melalui 9 tahap pengujian permasalahan sebelum keputusan diambil agar dampak positif yang diterima oleh siswa akan lebih besar sehingga rasa percaya diri siswa tetap terjaga dan terbentuk.  Dengan tetap terjaga dan terbentuknya rasa percaya diri ini, seorang siswa akan dapat berkembang potensi dirinya secara maksimal sesuai dengan kodratnya.  Apabila hal tersebut terwujud, maka lingkungan belajar yang positif, kondusif, aman dan nyaman tercapai karena adanya keberpihakan terhadap kebutuhan pembelajaran siswa yang berdiferensiasi.

 

Ø  KESULITAN YANG DIHADAPI DALAM PELAKSANAAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP KASUS DILEMA ETIKA SERTA MASALAH PERUBAHAN PARADIGMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Mengambil sebuah keputusan yang dianggap paling tepat sebagai seorang pemimpin pembelajaran bukanlah hal yang mudah.  Terdapat banyak pertimbangan yang dilakukan sesuai paradigma dan prinsip penyelesaian masalah yang selanjutnya harus di uji melalui 9 langkah pengujian sebelum akhirnya diputuskan.  Namun demikian, sebaik apapun keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran pasti tetap akan menimbulkan pro dan kontra karena adanya perbedaan sudut pandang dalam mensikapi permasalahan yang muncul khususnya terkait dengan dilema etika yang dihadapi guru dan siswa.  Dan hal ini adalah sesuatu yang tersulit yang harus dihadapi guru sebelum akhirnya memutuskan.

Apabila disimpulkan terkait dengan kesulitan yang dihadapi dalam pelaksanaan pengambilan keputusan, maka akan terdapat 2 hal utama yaitu :

a.       Perbedaan persepsi warga sekolah

b.       Pengaruh nilai dan budaya yang berlaku di masyarakat

 

Ø PENGARUH PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP PENGAJARAN YANG MEMERDEKAKAN MURID YANG BERPENGARUH TERHADAP KEHIDUPAN MASA DEPANNYA.

Pendidikan hendaklah berpihak pada murid.

Konteks kalimat ini menunjukkan bahwa kebutuhan belajar siswa hendaknya dipenuhi dengan baik sesuai dengan profil, minat, ataupun kesiapan belajarnya.  Dengan demikian siswa akan dapat melejitkan potensi dirinya karena adanya kemerdekaan dalam belajar.  Siswa akan memiliki rasa percaya diri sebagai dasar terbentuknya karakter baik sesuai profil pelajar Pancasila.
Guru sebagai pemimpin pembelajaran, dalam menentukan keputusan yang tepat hendaknya mempertimbangkan hal tersebut di atas baik pada saat persiapan, pelaksanaan maupun dalam tahapan refleksi sekaligus evaluasi.  Khusus terkait dengan permasalahan pembelajaran yang melibatkan dilema etika didalamnya,  guru harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang tepat agar nantinya dampak yang muncul khususnya bagi siswa tidak akan mematikan kreativitas yang ada namun tetap mampu menjadi jembatan bagi terbentuknya karakter yang bertanggung jawab pada diri siswa dengan tetap memerdekakannya dalam pembelajaran yang inovatif dan kreatif sesuai kebutuhannya.

Hal ini akan sangat berhubungan dengan kehidupan siswa di masa depannya.  Apabila siswa nyaman dan merasa diberikan hak-haknya sebagai subjek pembelajaran dengan baik dimana dia mendapatkan pembelajaran dan pembentukan karakter bertanggung jawab sesuai profil pelajar Pancasila serta mendapatkan nilai-nilai positif dari setiap keputusan yang dibuat oleh guru, maka ini akan senantiasa melekat dalam dirinya hingga dewasa dan melampaui masa-masa pembelajaran di sekolah.  Nilai-nilai positif yang melekat ini menjadi pijakan bagi siswa melangkah di masa depan dan tidak jarang mampu mengispirasi siswa untuk lebih berkembang dan bertanggung jawab ke depannya melalui pembelajaran dan proses pendewasaan diri di sekolah yang telah dilampauinya.

Disinilah peran guru sebagai “Penuntun” mampu menunjukkan bukti dan hasil positif bag siswa di masa depan.

 

Ø KESIMPULAN AKHIR KETERKAITAN MODUL PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN  PEMBELAJARAN DENGAN MODUL-MODUL SEBELUMNYA

a.       Pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah adalah proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan dilema etika yang terjadi dalam proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah

b.       Guru adalah “panutan” dalam pembelajaran. Sesuai filosofi KHD, seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran yang dalam prosesnya akan membimbing siswa melalui keputusan yang tepat dengan mempertimbangkan kebutuhan siswa dan proses pembentukan karakter  sesuai profil pelajar Pancasila yang merdeka belajar.

c.       Keputusan yang diambil guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus mencerminkan nilai-nilai dan peran guru sehingga mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang senantiasa berpihak pada murid.

d.       Proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran  dilakukan sejalan dengan paradigma dan prinsip penyelesaian masalah yang teruji melalui 9 tahap pengujian merupakan sebuah upaya untuk senantiasa menciptakan iklim pembelajaran berpihak pada murid sesuai misi dan visi sekolah serta guru yang teruji melalui konsep BAGJA sebagai upaya mewujudkan budaya positif di sekolah.

e.       Pemenuhan kebutuhan belajar siswa yang berdiferensiasi harus senantiasa dipertimbangkan oleh guru dalam mengambil keputusan dan dilakukan secara matang melalui pengelolaan sosial emosional yang baik agar siswa mampu berkembang sesuai potensi yang dimilikinya.

f.        Pendekatan coaching melalui konsep TIRTA sebagai pemimpin pembelajaran adalah keputusan tepat yang diambil guru dalam membantu siswa  menemukan jawaban serta mengambil keputusan terkait permasalahan yang dihadapi.  Keputusan guru melakukan proses coaching pada siswa adalah bagian dari memerdekakan murid sehingga terbentuk karakter yang bertanggung jawab pada diri siswa.

g.       Kemampuan guru dalam membangun jaringan dan berkolaborasi aktif dengan komunitas sekolah, rekan sejawat serta pimpinan sekolah akan menjadi bekal bagi guru dalam proses elaborasi, refleksi serta evaluasi terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sehingga tercipta kondisi kondusif dalam pembelajaran yang akan mampu melejitkan potensi siswa berkarakter dan berkembang di masa depan.

 

 

SALAM GURU PENGGERAK

TERGERAK, BERGERAK DAN MENGGERAKKAN

Jumat, 17 September 2021

 

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 2

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL

MODUL 3.1.a.7

 


 

YUNI ESTI INDRIKAWATI, S.Sos., M.Si

CGP ANG. 2

KAB. BENGKALIS PROP. RIAU

 

 

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

            Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran adalah materi pembelajaran yang menarik bagi saya dalam proses pendidikan Guru Penggerak yang saat ini sedang saya jalani.  Pada dasarnya sebagai seorang guru, mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran pasti sudah sering kita lakukan.  Namun, apakah pengambilan keputusan tersebut sudah mempertimbangkan banyak faktor ataupun banyak hal dengan segala konsekuensinya? Mungkin itu adalah bagian yang tidak terfikirkan secara mendalam selama ini.

            Melalui pembelajaran modul 3.1 terkait Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya pribadi akhirnya lebih mampu memahami konsep pengambilan keputusan yang baik, benar dan tepat dimana dalam pengambilan sebuah keputusan kita benar-benar diminta untuk melihat dengan jeli permasalahan yang ada dan mempertimbangkan banyak factor sebelum pada akhirnya mengambil keputusan yang kita anggap paling tepat.  Salah satu hal yang perlu kita kaji pada tahap awal adalah memperhatikan dengan baik terlebih dahulu apakah ini sebuah permasalahan yang dapat dikategorikan sebagai DILEMA ETIKA ataukah sebuah BUJUKAN MORAL.  Hal ini menjadi sangat penting karena dengan membedakan secara prinsipil kedua hal tersebut akan memudahkan kita dalam menerapkan proses pengambilan keputusan yang tepat. 

            Dilema Etika adalah suatu keadaan dimana kita dihadapkan pada 2 kondisi yang sama-sama benar dan kita diminta untuk memutuskan mana yang akan kita pilih.  Sementara Bujukan Moral adalah sebuah kondisi dimana kita akan dihadapkan pada pilihan benar dan salah yang cenderung lebih mudah bagi kita untuk memutuskan mana yang akan kita pilih.  Dan pada pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita diajarkan untuk memahami dilema etika yang terjadi sebelum mengambil sebuah keputusan yang memang telah diketahui konsekuensi yang akan dihadapinya.

            Modul 3.1 mengajarkan beberapa tahap yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin pembelajaran sebelum mengambil sebuah keputusan yang termasuk dalam konsep benar vs benar atau disebut dengan dilema etika.  Pada tahap awal, kita diajak mempelajari adanya 4 paradigma  dalam dilema etika yaitu :

1.       Individu lawan masyarakat (individual vs community)

2.       Keadilan lawan kasihan (justice vs mercy)

3.       Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyality)

4.       Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Berdasar 4 paradigma di atas, kita diminta mengenali dengan baik apa paradigm yang tepat dalam melihat permasalahan yang ada.

Selain itu, terdapat 3 prinsip yang bisa digunakan untuk bisa membuat keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yaitu :

1.       Prinsip berbasis hasil akhir (ends-based thinking)

2.       Prinsip berbasis peraturan (rule-based thinking)

3.       Prinsip berbasis rasa peduli (care-based thinking)

Dalam membuat sebuah keputusan dari dilema etika yang terjadi, maka perlu dilakukan pengujian melalui 9 langkah berikut :

1.       Mengenali adanya nilai-nilai yang saling bertentangan dalam kasus tersebut.

2.       Siapa saja yang terlibat dalam kasus tersebut.

3.       Apa fakta yang relevan terhadap kasus tersebut

4.       Pengujian benar atau salah yang meliputi :

a.       Uji legalitas : apakah terdapat aspek pelanggaran hukum

b.       Uji regulasi : apakan kasus yang ada menyangkut aspek pelanggaran aturan atau kode etik

c.       Uji intuisi : apakah ada yang salah dalam kasus tersebut

d.   Uji halaman depan koran/publikasi : apa yang dirasakan jika keputusan yang diambil di  publikasikan.

e.       Uji idola : apa yang akan dilakukan oleh panutan kita apabila menghadapi kasus yang sama.

5.       Menentukan paradigma yang terjadi

6.       Prinsip apa yang dipakai dalam mengambil keputusan

7.       Investigasi opsi trilemma, suatu tindakan kreatif yang tidak terfikir sebelumnya saat mengambil keputusan.

8.       Menentukan keputusan

9.       Refleksi terhadap keputusan yang diambil.

 

Berdasar pemahaman saya terhadap materi modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, saya melihat banyak hal baru yang bernilai positif dan sangat berguna bagi saya dalam menjalankan profesi sebagai seorang pendidik.  Oleh karena itu, saya bergfikir bahwa apa yang saya petroleh ini harus dapat saya terapkan sekaligus saya imbas dan tularkan pada rekan sejawat sehingga kami akan bisa bersama-sama memajukan dunia pendidikan sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantoro.

Apabila dikaitkan dengan pertanyaan tentang bagaimana nantinya saya akan mentransfer dan menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah ataupun lingkungan saya, maka pada tahap awal proses yang saya lakukan setelah benar-benar memahami modul ini  adalah  mengimbaskannya kepada rekan sejawat baik secara informal (melalui obrolan ringan interaksi keseharian di sekolah) pada tahap awal yang kemudian akan dilanjutkan melalui kegiatan formal pengimbasan setelah membicarakannya dengan pimpinan serta adanya dukungan ketertarikan dari rekan sejawat yang kemudian dijadwalkan secara khusus dalam bentuk seminar dan diskusi sederhana di lingkup sekolah.  Selain itu saya juga harus mampu berusaha untuk menerapkan proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran ini khususnya saat berhadapan dengan kondisi dilema etika dalam pembelajaran maupun interaksi keseharian di sekolah sebagai bentuk komitman selaku guru penggerak sekaligus role mode bagi rekan sejawat dalam mengambil keputusan.  

Menentukan paradigma serta prinsip pengambilan keputusan adalah langkah awal yang harus senantiasa digunakan dalam mengambil keputusan.  Dan sesudah itu, sebelum diputuskan saya harus senantiasa melakukan pengujian terhadap keputusan yang akan saya ambil sehingga nantinya akan siap dengan semua konsekuensi yang muncul dalam setiap keputusan yang saya ambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran.  Untuk itu tentunya saya membutuhkan dukungan dari rekan sejawat dan khususnya pimpinan sekolah beserta wakil dan guru BP dalam mengambil keputusan yang mengandung unsur dilema etika khususnya yang berkaitan dengan siswa, interaksi dan proses pembelajaran yang terjadi.  Penguatan dukungan ini saya butuhkan sekaligus sebagai alat refleksi untuk perbaikan ke depannya dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Terkait dengan proses pelaksanaan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran sesuai dengan modul 3. 1 yang sedang dipelajari saat ini, saya dan teman-teman calon guru penggerak yang berasal dari sekolah yang sama terlebih dahulu berencana untuk melalukan sosialisasi materi ini sebagaimana modul-modul sebelumnya.  Hal ini bertujuan agar nantinya akan ada kesepahaman dalam proses pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.  Diharapkan dengan telah disosialisasikannya materi modul 3.1, baik saya, rekan  sejawat maupun pimpinan sekolah nantinya akan mampu melakukan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan baik sesuai tahapan dalam modul 3.1 dan mengujinya sebelum pada akhirnya memutuskan.  Secara otomatis, aktivitas pengambilan keputusan dengan baik sesuai tahapan baru bisa dimulai secara resmi apabila telah dilakukan sosialisasi pengimbasan dan diskusi modul.  Perkiraan kegiatan sosialisasi ini akan bisa dilaksanakan pada minggu terakhir bulan September atau lebih tepatnya sesudah pelaksanaan penilaian tengah semester ganjil yang saat ini sedang kami lakukan.,  Namun apabila sebelum kegiatan sosialisasi dilaksanakan dan telah muncul adanya dilema etika khususnya yang saya hadapi dalam proses pembelajaran ataupun interaksi yang terjadi di sekolah, maka tidak menutup kemungkinan bahwa saya akan langsung menerapkan tahapn proses pengambilan keputusan sesuai dengan apa yang saya pelajari.

Rekan sesama CGP yang berasal dari sekolah yang sama akan menjadi teman diskusi sekaligus pendamping dalam tahapan proses pengambilan keputusan yang akan saya lakukan.  Dengan demikian akan senantiasa ada proses refleksi sekaligus evaluasi untuk perbaikan kedepannya.  Disamping itu, keberadaan pimpinan sekolah beserta wakilnya akan mampu menjadi pendukung utama dalam langkah saya mengimplementasikan ilmu yang saya peroleh melalui pendidikan guru penggerak ini khususnya terkait dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.  Harapan saya apa yang saya peroleh melalui pendidikan guru penggerak dapat saya terapkan dengan baik sehingga mampu mewujudkan merdeka belajar sebagaimana filosofi pendidikan ki Hajar Dewantoro.

 

SALAM GURU PENGGERAK

TERGERAK, BERGERAK DAN MENGGERAKKAN