Sabtu, 09 Oktober 2021

 

3.2.a.9 KONEKSI ANTAR MATERI

PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM PENGELOLAAN ASET


OLEH :

YUNI ESTI INDRIKAWATI, S.Sos., M.Si

CGP ANGKATAN 2

KAB. BENGKALIS PROP. RIAU

 

Sekolah sebagai sebuah ekosistem Pendidikan akan senantiasa meliputi 2 faktor utama yaitu faktor biotik dan faktor abiotik.  Dalam hal ini sebagai sebuah ekosistem Pendidikan, terdapat adanya tatalaksana dan tata interaksi yang terjalin antara makhluk hidup sebagai faktor biotik dan unsur yang tidak hidup dalam lingkungan sebagai bagian dari faktor abiotik.  Baik faktor biotik maupun abiotik akan saling menunjang dalam pola teritorial lingkungan sekolah berada.  Faktor-faktor biotik yang berpengaruh besar dalam ekosistem sekolah meliputi keberadaan murid, kepala sekolah,guru, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah.  Sementara itu, faktor abiotik yang tidak bisa dilepaskan dari komponen sebuah ekosistem sekolah meliputi keuangan dan sarana prasarana sekolah.

Keberadaan sekolah sebagai lingkungan belajar yang nyaman tentunya akan sangat berpengaruh besar dalam melahirkan peserta didik yang berkarakter dan berpotensi sesuai dengan visi misi Pendidikan yaitu menjadikan anak memiliki kebebasan dalam belajar agar terbentuk sosok profil pelajar Pancasila sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya melalui proses menuntun murid yang dilakukan guru.  Untuk itu, maka pengelolaan sekolah secara maksimal adalah kunci utamanya. 

Dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah akan berhasil jika mampu menjadikan semua aset atau sumber daya yang dimilikinya sebagai sebuah keunggulan dan bukan memandangnya sebagai sebuah kekurangan.  Dengan demikian sekolah akan berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki dan tidak mencari kelemahan atau kekurangan yang ada.  Hal ini penting karena pada dasarnya dalam pengelolaan sumber daya akan terdapat 2 pendekatan yang berbeda yaitu :

1.     Pendekatan Berbasis Kekurangan/ Masalah (Deficit-Based Thinking)

Pendekatan yang memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatu dilihat dari sudut pandang negative dimana kita dituntut untuk mengatasi semua kekurangan yang ada atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.

2.     Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking)

Konsep ini mengembangkan pola berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini adalah pendekatan yang digunakan untuk menemukan dan mengenali hal-hal positif yang kita miliki serta menggunakan hal positif tersebut sebagai kekuatan berfikir serta mengembangkan diri secara maksimal.

            Sekolah hendaknya lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset yang selanjutnya dikenal dengan istilah Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).  Pendekatan ini menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta mebangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar lebih menjadi berdaya guna.  Pendekatan PKBA menekankan pada kemandirian dari komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang ada bermodalkan kekuatan/potensi yang ada pada pada komunitas.  PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada dalam sebuah komunitas sehingga disebut sebagai community-driven development.

            Berdasar uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya di sekolah adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset sekolah yang dimilikinya untuk mewujudkan visi misi sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah serta mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada anak.  Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan komunitas sekolah dalam mengiventarisir semua aset yang ada sebagai sumber agar mampu menciptakan program pembelajaran ataupun kegiatan yang berdampak pada murid.  Konsep berdampak pada murid ini mengacu pada proses terbentuknya karakter peserta dididik sesuai dengan profil pelajar Pancasila dimana murid mampu berkembang serta menggali potensi dirinya secara maksimal agar dapat menghadapi tantangan di masa depan.  Dan modal manusia adalah kunci utamanya.  Dimana dengan modal manusia yang handal serta kompeten khususnya guru, maka aset ataupun modal lain yang dimiliki seperti modal social, modal fisik, modal lingkungan, modal finansial, modal politik serta modal agama/budaya akan dapat digali serta di optimalkan pemanfaatannya untuk kekuatan dan peningkatan mutu sekolah.

            Terkait bagaimana seorang pemimpin mampu mengelola aset yang dimiliki sekolah dalam proses pembelajaran maka apabila dihubungkan dengan modul pembelajaran sebelumnya maka akan dapat disimpulkan bahwa :

1.     Pola berfikir dengan berpusat pada aset yang dimiliki atau kelebihan yang ada dan dimiliki oleh sekolah dan bukan melihat dari sudut kekurangan yang ada adalah pola kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik/guru dalam proses pembelajaran.

2.     Sebagai seorang pemimpin dalam pembelajaran, guru harus mampu mengidentifikasi aset-aset yang dimilikinya untuk dapat dipergunakan dalam proses menuntun murid agar berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya melalui proses pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi KHD.

3.     Modal manusia dalam pengelolaan aset adalah modal utama yang dimiliki oleh sebuah institusi Pendidikan.  Guru dan murid adalah modal atau aset utama yang ada dalam sekolah, untuk itu hendaknya seorang guru mampu menerapkan nilai-nilai kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada anak dalam menjalankan perannya agar murid terbentuk menjadi pribadi yang memiliki karakter sesuai profil pelajar Pancasila.

4.     Aset yang dimiliki oleh sekolah adalah sumber kekuatan untuk dapat mewujudkan visi dan misi sekolah.  Melalui pendekatan inkuiri apresiatif, seorang pemimpin akan mampu menjadikan aset sekolah yang ada sebagai pijakan dalam menyusun visi serta misi sekolah dengan menggunakan tahapan BAGJA.

5.     Visi dan Misi yang disusun dalam pencapaiannya membutuhkan sinergi kuat dari faktor biotik dan abiotik sekolah yang merupakan aset.  Perubahan positif dalam proses pencapaian visi misi sekolah dengan mengedepankan aset yang dimiliki oleh sekolah merupakan bentuk dari implementasi budaya positif sekolah yang melihat kelebihan sebagai suatu kekuatan untuk kemajuan.

6.     Pemetaan kebutuhan belajar murid sesuai minat, bakat dan profil belajar melalui pembelajaran yang berdiferensiasi adalah tindakan nyata yang dilakukan guru selaku pemimpin dalam mengidentifikasi dan mengelola murid sebagai bagian dari  aset utama sekolah yang akan dikembangkan secara maksimal.

7.     Dalam proses pengelolaan dan pengembangan aset sekolah khususnya modal manusia dalam hal ini murid, pendekatan sosial emosional  dan coaching akan senantiasa dipergunakan sebagai langkah menggali potensi diri siswa agar terbentuk karakter yang bertanggung jawab dan mandiri.

8.     Kemampuan guru dalam membangun jaringan dan berkolaborasi aktif dengan komunitas sekolah, rekan sejawat serta pimpinan sekolah akan menjadi bekal bagi guru dalam proses elaborasi, refleksi serta evaluasi terhadap pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang memiliki kemampuan pengelolaan aset sekolah dengan baik sehingga sehingga tercipta kondisi kondusif dalam pembelajaran yang akan mampu melejitkan potensi siswa berkarakter dan berkembang di masa depan

 

 

SALAM GURU PENGGERAK

TERGERAK, BERGERAK DAN MENGGERAKKAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar